Thursday, January 17, 2008

Don't judge a brother by its skin = jangan menilai Abang dari kulitnya doang

Bagi kebanyakan orang, hari pertama kerja sangat ditunggu-tunggu. Ada yang excited terus muter-muter ngelilingin meja. Ada yang terharu sampai nangis bombay. Kalo gw? Jangankan hari pertama, H-1 aja udah dapat kesan yang 'memdalam'. Ugh!

November 2003. Gw baru nyelesain S1 desain grafis. Terus om gw langsung nawarin kerja. "Di penerbitan," jawabnya waktu gw tanya bakal kerja di mana. Dan gw nggak butuh waktu lama untuk mengiyakan.

Hari itu gw iseng pengen main ke calon kantor baru. Sekalian ngapalin jalan biar nggak nyasar besoknya. Gerimis turun sejak pagi. Di sepanjang jalan Margonda, sebagian pejalan kaki menyilangkan tangan di depan dada. Mencoba mengusir dingin.

*Harusnya marsupial kayak gw hibernasi neh ujan-ujan gini* gw bermonolog. Gw udah berdiri di sebuah rumah mungil di Pesona Kayangan Depok. *Apa bener ya ini kantornya?* gw bertanya-tanya dalam hati. Gw merogoh kantung belakang celana dan mengeluarkan HP. Gw masuk ke inbox, lalu baca lagi SMS dari om gw. *Alamatnya udah bener. Tapi kok kecil banget ya? Mana sepi lagi.* Gw memberanikan diri untuk melangkah masuk dan mengetok pintu kayu yang terlihat agak kusam. Tok...tok...tok.... Lalu gw menunggu. *Apa gw salah masuk ya?* Tiga menit kemudian terdengar suara langkah kaki. *Oooo, ada orangnya ternyata.* Krieeet, suara pintu dibuka. Gw ngarepin tipe bibi atau mbok yang bakal nyapa gw. Tapi.... Pintu sudah setengah terbuka. Terlihat tangan hitam kurus. *Bukan demit, bukan demit* gw komat-kamit baca doa. Sekarang pintu sudah terbuka lebar. Glek, gw nelan ludah. Dinginnya udara baru terasa sekarang. Yang kurang cuma backsound serem. Kalo di film horor, ini tanda-tanda setan mo nongol.

Yang buka pintu ternyata bukan setan. Dan jauh pula dari potongan bibi-bibi. Tubuh si penerima tamu setali tiga uang dengan lengannya. Kurus dan hitam. Gerakannya pelan, kayaknya sih abis bangun tidur. Perlahan mulutnya terbuka....

"Nyari siapa, Mas?” si penunggu rumah bertanya. Suaranya berat kayak Vin Diesel minum oli. Pasti deh perokok dan caffeine junkie.

"Saya Jeffri, orang baru. Mulai kerjanya besok." Gw mengulurkan tangan.

"Ooooo.... Saya Ucok. Ilustrator," dia membalas jabatan tangan gw.

Gw mo nanya lebih lanjut, tapi fisiknya itu lho yang bikin gw speechless (iiuuuhhhhh... can't believe I said that). Di lengan kanannya (atau kiri ya?) ada tato. Bentuknya bunga atau senapan gitu deh. Tau ah, gw nggak inget. Abis, gambarnya burem banget kayak ditato pake jarum jahit. Sekarang perhatian gw beralih ke dada dan perutnya. Tipis. Saking tipisnya, bisa diterawang kali hihihi. Terus, mata gw beralih ke bagian tubuhnya yang paling eye catching. Rambut. Gondrong tidak terawat. Keriwil di beberapa bagian. Mirip Candil Serieus kebanyakan pake sampo anti ketombe.

Selanjutnya, Ucok (yang ternyata dipanggil Bang sama orang kantor) mempersilakan gw masuk dan melihat-lihat. Terbentang jejeran meja dengan komputer di atasnya. Kertas dan tumpukan buku berserakan. Baju dan handuk bergelayut manja di gagang pintu. Malah, di salah satu ruangan gw nemu sebiji makhluk lagi tidur. Sarungan dan singletan doang. Bagoooss...bener-bener memanjakan mata.

Setelah lima menit yang berasa kayak satu jam polusi visual, gw pamit pulang. Bang Ucok mengantar sampai pintu.

"Mas Jeffri," dia berkata sambil tersenyum manis (manis versi dia kayaknya), "sampai ketemu besok ya...."

"Oh iya, Mas. Yuk." Gw langsung ke mobil tanpa menoleh ke belakang lagi. Di mobil gw bertanya-tanya, kesan pertama kayak gitu, penghuni kantor lainnya kayak gimana ya?

Pertanyaan gw terjawab keesokan harinya. Seperti Bang Ucok, penghuni kantor lainnya cenderung ajaib. Ada mantan dancer. Ada juga yang mirip wayang orang. Untungnya, so far, they're all fun to be with. Termasuk Bang Ucok. Tampang boleh rocker, tapi hati pop melayu :)

Miss U, Bang... in the most macho way....


*****Dedicated to Bang Ucok: "Kapan kita mancing lagi? Abang yang mancing, gw yang makan ikannya huehehe :)"

1 comment:

windy said...

jadi kangen sama bang ucok!!! huaaaaa orang yang paling ngga tersentuh zaman. salut gue! kalau semua di muka bumi ini berubah, gue yakin, bang ucok orang terakhir yang akan berubah. bukan bang ucok yang ngikutin zaman, tapi zaman yang memang harus beradaptasi dengan dia! yipppey, kalau perahu barunya dah ada, jangan lupa ajak aku mancing lagi ya..., bang!